Mengenal Makam Tokoh Agama dan Ulama Brebes yang banyak di kunjungi para peziarah

Brebes, nubrebes.or.id - Melaksanakan ziarah kubur menjadi sebuah tradisi bagi umat muslim di tanah air terkhusus bagi warga Nahdliyin selain mengunjungi makam para walisongo yang berada ditanah jawa, wisata ziarah juga sering dilakukan dengan berkunjung ke makam para ulama dan tokoh agama. Keberadaan Makam-makam tokoh agama ini harus kita lestarikan agar sejarah dan generasi penerus dapat mengetahui beberapa pemahaman mengenai sejarah Brebes dimasa lampau dengan tidak lupa untuk berziarah, meskipun tokoh ulama lokal kharismanya tidak kalah ramai dikunjungi peziarah. Bahkan di bulan tertentu, jumlah peziarah yang datang bisa berkali lipat. Seperti halnya Di Brebes sendiri, ada sejumlah makam yang sering didatangi peziarah. Makam-makam ini tersebar di sejumlah tempat. Berikut diantaranya:
1. Makam Mbah Rubi
Baca Lainnya :
- Menggali khazanah keilmuan KH Shihabudin Tahmid Jagalempeni-Wanasari, Santri KH Hasyim Asyari0
- Pentingnya Mengedepankan Akhlakul Karimah Bagi Santri0
- Nahdliyin Brebes Siap Menghadapi Pemilu 20240
- Sujud Sebagai Wujud Rasa Syukur dan Upaya Meraih Kemudahan Yang Dikehendaki0
- Calon Jamaah Haji Kabupaten Brebes diberangkatkan ke tanah suci dengan terbagi 4 Kloter0
Mbah Rubi merupakan tergolong sebagai Jumlatul Aulia yang nama aslinya adalah Imron Nuridin Bin Sayyid Abdul Ghofar atau Pangeran Purbaya bin Sayyid Abdurrohman atau Sultan Mataram III bin Ki Ageng Pamanahan bin Ki Ageng Banis Lawean hingga seterusnya. Makam Mbah Rubi berada juga di sebelah makam para mantan Bupati Brebes, termasuk makam Raden Antasingosari Panata Yudha II, makam Raden Arya Singasari Panata Yudha III terletak di RW 01 Desa Klampok Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Mbah Rubi merupakan keluarga dari bangsawan mataram yang benci terhadap kolonial Belanda. Mbah Rubi lahir pada tahun 1848 yang mempunyai kesaktian dan karomah yang luar biasa. Sehingga dipercaya untuk menjaga Pendopo Kabupaten Brebes dengan satu pasukan yang gagah dalam menghalangi Belanda agar tidak masuk ke Pendopo. Mbah Rubi juga dikenal sosok yang sangat ditakuti oleh Belanda dan disenangi oleh rakyatnya, termasuk masyarakat Kabupaten Brebes.
2. Makam Pangeran Angkawijaya Losari
Pangeran Angkawijaya merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati. Jika dari arah timur jalan pantura, nanti lampu merah losari belok kanan lurus mengikuti jalan. Makam Mbah Pangeran Angkawijaya selalu ramai dikunjungi peziarah dari Kota Brebes maupun luar Kota Brebes, seperti halnya Tegal, Cirebon dan Indramayu. Biasanya para peziarah datang pada malam jum’at kliwon. Pangeran Angkawijaya atau Panembahan Losari, diyakini selain sebagai ahli agama, juga mempunyai keahlian lain di bidang seni. Konon motif batik corak Mega Mendung, corak Gringsing adalah hasil dari buah kreasinya. Hasil kreasi lainnya menciptakan Kereta Kencana yang kini tersimpan di Kasultanan Kasepuhan Cirebon.
Selain
itu Pangeran Angkawijaya diyakini juga merupakan pencipta Kesenian fenomenal
asal Losari yakni Tari Topeng yang biasa dipentaskan oleh (Alm) Nyai Sawitri
Maestro Tari Topeng Losari Cirebon. Makam Pangeran Angkawijaya terletak di Desa
Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes.
3. Makam Syekh Junaedi Al Baghdadi Randusanga
Salah satu destinasi wisata religi yang dimiliki Kota Bawang atau Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, adalah Makam Syekh Junaedi Al-Baghdadi yang terletak di Desa Randusanga Wetan Kecamatan Brebes, yang juga terkenal dengan objek wisata Pantai Randusanga Indah dan kuliner lautnya. Masyarakat setempat mempercayai bahwa tempat ini adalah makam tokoh penyebar agama islam di wilayah pesisir Brebes, namun ada juga yang meyakini hanya petilasannya saja. Makam yang dikeramatkan ini terletak di tengah-tengah areal tambak dan mangrove milik warga, untuk mengakses ke kompleks makam, peziarah harus melewati jalan setapak pematang tambak penduduk. Ini menunjukkan bahwa proses syiar agama islam dari Arab ke Pulau Jawa banyak dimulai dari wilayah pesisir, termasuk di pesisir Laut Jawa ini. Sosok dari Baghdad, Irak ini diperkirakan hidup pada masa Walisongo, dan tahun ini merupakan Haul-nya yang ke-275. Masyarakat sekitar dulunya mengetahui keberadaan makam saat mereka penasaran dengan burung-burung yang jatuh saat terbang di atas areal makam yang dulunya rawa-rawa. Setelah dilakukan pencarian penyebabnya, mereka mendapati gundukan tanah yang ternyata adalah sebuah makam, kemudian terus dirawat sampai sekarang.
4. Makam KH Abdul Wahab Sya'roni
Penulis mecoba
mengurai sekelumit sejarah
keterkaitannya KH. Abdul Wahab Sya’roni dengan Pesantren Tebuireng Jombang Jawa
Timur. Satu tahun sebelum NU Jatibarang Brebes secara resmi dibentuk yakni tahun 1932, di
Jatibarang tepatnya Jatibarang Kidul telah dibuka sebuah madrasah rintisan yang
bertempat di rumah tinggal KH. Abdur Rasul, keberadaan madrasah rintisan ini
mendapat restu dari KH. Hasyim Asyari setelah sebelumnya KH. Abdul Wahab
Sya’roni dan HR. Abdul Chalim Wongsodimedjo sowan ke Tebuireng Jombang.
Abdur
Rasul dan HR. Abdul Chalim Wongsodimedjo mengambil inisiatif untuk sowan
kembali kepada Rois Akbar Pengurus Besar (Ho of Bestuer) NU Hadratus Syeikh
Hasyim Asy’ari. Maka berangkatlah kedua tokoh tersebut pergi ke Tebuireng dalam
rangka sowan dan meminta barokah doa ke Hadrastusy Syaikh yang akhirnya
memberikan restu, bahkan Hadratusy Syaikh akhirnya hadir di Jatibarang dalam
rangka ikut meresmikan peletakkan batu pertama dimulainya pembangunan Madrasah
tersebut.
Kira-kira
antara tahun 1937-1934, dengan dukungan KH. Abdul Wahab Sya’roni beserta
murid-muridnya dan kontribusi material dari KH. Abdur Rasul dan HR. Abdul
Chalim Wongsodimedjo dan sumbangan dana swadaya dari masyarakat, selesailah
pembangunan gedung madrasah yang akhirnya diberi nama dengan “As-Salafiyyah
Asy-Syafiiyyah”. Sama persis seperti nama madrasah di Pesantren Tebuireng
Jombang.
Keterkaitan KH. Abdul Wahab Sya’roni dengan tarekat Tijaniyah.
Ulama
yang paling mula menganut tarekat Tijaniyah berdasarkan sejarah adalah KH. Anas
bin Abdul Jamil (Buntet) yang memperoleh ijazah Tijaniyah dari Syaikh
Alfahashim di Madinah dan juga memperolehnya dari Syaikh Ali Thoyyib, kemudian
gurunya Syaikh Ali Thoyyib datang ke Indonesia dan menyebarkan tarekat
Tijaniyah. Diantara ulama Indonesia yang memperoleh ijazah dari Syaikh Ali
Thoyyib.
5. Makam Syekh Ali Bin Ahmad Basalamah
Syeikh Ali bin Ahmad Basalamah yang berlokasi di perbatasan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal tepatnya di makam muslim sudut Desa Jatibarang Kidul, Kecamatan
Jatibarang, Kabupaten Brebes. Syekh
Ali Bin Ahmad Bin Abu Bakar Basalamah Jatibarang, Ulama Kharismatik Brebes Tahun 1948. Syekh Ali Basalamah lahir pada hari Jum’at di
kecamatan Ketanggungan Timur Kabupaten Brebes tahun 1323 H atau 1905 M.
Syekh Ali berguru kepada seorang wali agung Assyekh Al Qutub Al – Kabir Al Arif billah Al Allamah Al Habib Ahmad Bin Abdillah Bin Tholib Al Athos Pekalongan disana Syekh Ali Basalamah sangat rajin dan semangat mencari ilmu. Ketika menuntut ilmu di Tarim Syekh Ali menimba ilmu dari beberapa ulama besar yang masyhur kewaliannya diantara kepada seorang yang sangat alim yaitu Waliyullah Al Arif Billah Al Allamah Al Habib Abdullah Bin Umar Assyathiri, kepada Al Wali Al kabir Al Allamah Al Arif Billah Al Habib Alwi Bin Abdullah Bin Syihab dan ulama – ulama besar lain yang ada di Tarim, Hadramaut, Yaman.
Syekh Ali Basalamah adalah orang yang sangat cinta berda’wah agama dan memperluas ilmu, menunjukan manusia kepada masalah agama serta beribadah kepada Allah ta’ala. Dan sekarang da’wah beliau diteruskan oleh putera beliau Assyekh Muhammad Bin Ali Basalamah, sepeninggal Assyaikh Ali beliau meneruskan da’wah agama diantaranya pada acara pengajian rutin Ahad yang didalamnya membaca beberapa kitab seperti ilmu fiqih, tauhid, hadits dan lain – lain. Kemudian pada pengajian rutin setiap kamis kliwon, setiap sabtu wage, rutin setiap rabu pahing dan rutin setiap senin pon yang jumlah pengunjungnya kurang lebih dihadiri oleh jama’ah dari 73 desa yang berasal dari kabupaten Brebes, Tegal dan Pemalang seperti kita saksikan bersama. Syekh Ali wafat menjelang waktu maghrib tahun 1399 H. / 1979 M. Dan sebelum wafatnya beliau menjawab salam sebanyak tiga kali, dengan usia genap 80 tahun, demikianlah sekelumit dari sejarah kehidupan Syekh Ali Basalamah. Sampai sekarang makam syekh Ali Bin Ahmad Basalamah banyak dikunjungi para ziarah dari berbagai daerah.
6. Makam Mbah Sokadana
Salah satu tempat bersejarah yang ada di Desa Songgom yang sering kali dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah yaitu makam Mbah Sokadana. Area makam Mbah Sokadana terletak di Desa Songgom Lor Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes. Makam Mbah Sokadana ini merupakan salah satu makam yang bisa di katakan di keramatkan oleh warga sekitar khususnya Songgom. Mbah Sokadana dikenal sosok orang yang disegani dan salah satu orang yang pertama kali babad alas Desa Songgom.
Mbah
Sokadana sendiri memiliki
nama asli yakni Syekh Ali Zaenudin berasal dari Timur Tengah dan masuk ke
Indonesia bertujuan untuk menyebarkan agama Islam melalui berdagang.
7. Makam Mbah Syekh Al Badawi
Syekh Ahmad Badawi merupakan salah
seorang ulama kharismatik yang dapat menaklukkan para penjajah Belanda yang
menyerang wilayah Kecamatan Ketanggungan dan sekitarnya dengan cara-cara yang
sangat halus. Konon, secara lahiriyah yang kasat mata, Kyai Badawi terlihat
sebagai sosok yang sangat bersahabat dengan penjajah-penjajah itu. Kediamannya
yang kini terletak di sekitar Jl Panggung Ketanggungan hampir setiap hari
didatangi penjajah. Kepada para tamunya itu, Kyai Badawi menghormati betul,
memberi jamuan berupa aneka makanan dan minuman, serta sangat ramah
terhadapnya.
Penjajah-penjajah itu ketika sudah
menyantap makanan dari Kyai Badawi maka akan kalah dalam berperang. Pengelola masjid
yang berada di depan tempat pemakaman Kyai Badawi, Ustadz Sayuti, menyampaikan
bahwa karomah Kyai Badawi berbentuk isyarat yang tidak terlihat. Mungkin bagi
orang awam sulit untuk mengenali perilaku Kyai Badawi pada masa hidupnya.
Ketika Belanda hendak menyerang
daerah Ketanggungan bagian selatan (Kini menjadi Desa Buara, Desa Cikeusal,
Desa Pamedaran dan sekitarnya), para penjajah yang berjumlah lebih dari 3 kompi
mampir terlebih dahulu di kediaman Kyai Badawi. Seperti biasa, para penjajah
itu disambut baik dan dijamu dengan beraneka macam makanan dan buah-buahan.
Di medan pertempuran, penjajah
sebanyak 3 kompi itu tidak ada satu pun yang jasadnya kembali dalam keadaan
masih hidup. Semuanya tewas di medan pertempuran. Lokasi Makam Syeikh Ahmad Badawi terletak di Kecamatan
Ketanggungan Kabupaten Brebes. Makam Mbah Ahmad Badawi selalu ramai dikunjungi
peziarah dari Kota Brebes maupun luar Kota Brebes, seperti Tegal, Cirebon dan
Indramayu. Biasanya para paziarah datang pada malam jum’at kliwon.
Demikian beberapa makam ulama dan
tokoh agama yang dapat penulis himpun, sebenarnya masih banyak sekali makam
para ulama dan tokoh agama yang berjasa besar bagi berdirinya Brebes yang tersebar
dibeberapa wilayah di Kabupaten Brebes, semoga kita sebagai generasi penerusnya
mau berziarah dan mendoakan para beliau-beliau yang telah berjasa bagi
perkembangan syiar Agama Islam dan Nahdlatul Ulama di wilayah Kabupaten Brebes.
*Diolah dari berbagai
sumber
Editor: A’isy Hanif
Firdaus
